The Forgotten Battle (judul asli: De Slag om de Schelde) adalah film perang Belanda yang dirilis pada tahun 2021. Disutradarai oleh Matthijs van Heijningen Jr., film ini mengambil latar belakang Perang Dunia II, khususnya pertempuran di Scheldt (1944) yang terjadi di wilayah Belanda dan Belgia. Pertempuran ini merupakan bagian penting dari upaya Sekutu untuk membebaskan pelabuhan Antwerpen dan memastikan pasokan logistik mereka. Film ini menggabungkan aksi perang yang intens dengan drama manusia yang mendalam, menciptakan pengalaman menonton yang memukau sekaligus mengharukan.
Informasi Dasar Film
Judul Film: The Forgotten Battle (De Slag om de Schelde) Sutradara: Matthijs van Heijningen Jr. Pemain Utama: Gijs Blom (Marinus), Jamie Flatters (William), Susan Radder (Teuntje) Genre: Perang, Drama, Sejarah, Aksi Tahun Rilis: 2021 Durasi: 2 jam 4 menit
Film ini mengisahkan tiga karakter utama yang terlibat dalam pertempuran di Scheldt:
Marinus (Gijs Blom), seorang tentara Belanda yang awalnya bekerja sama dengan Nazi tetapi kemudian bergabung dengan pasukan Sekutu setelah menyadari kekejaman rezim tersebut.
Teuntje (Susan Radder), seorang wanita muda Belanda yang terlibat dalam perlawanan bawah tanah melawan pendudukan Nazi. Dia harus menghadapi dilema moral ketika keluarganya terancam.
William (Jamie Flatters), seorang pilot Inggris yang terjatuh di wilayah musuh dan berusaha bertahan hidup sambil membantu upaya Sekutu.
Kisah mereka saling terkait, menggambarkan perjuangan, pengorbanan, dan konflik moral selama perang. Film ini tidak hanya fokus pada aksi pertempuran, tetapi juga pada dampak perang terhadap kehidupan individu.
Film ini merupakan karya Watchdoc Documentary yang membahas tentang peran “oligark” politik dan ekonomi dalam sistem demokrasi di Indonesia. Sejak diunggah pada Oktober 2024 hingga Februari 2025, film ini telah mendapat perhatian penonton dengan jumlah tayangan mencapai 1.129.455 kali. Film ini terbagi dalam 7 bagian dengan jumlah durasi 53:54 menit.
Menurut saya, film ini penting untuk ditonton bagi siapa saja khususnya bagi generasi muda sebagai agent of change untuk memberikan pandangan bagaimana kekuasaan dan uang berperan dalam politik Indonesia, sehingga secara tidak langsung dapat membuka pikiran penonton terhadap realitas politik di Indonesia. Selain itu, penyampaiannya yang sederhana dan mudah dipahami membuat film ini semakin menarik dan mudah dipahami diberbagai kalangan. Namun disisi lain, film ini tidak menawarkan solusi untuk mengatasi dominasi oligarki dalam politik. Secara keseluruhan, film ini layak ditonton dan dapat menjadi media pembelajaran yang menarik. Jika pengajar ingin menggunakan film ini sebagai media pembelajaran, pengajar juga perlu memberikan pendampingan dan diskusi agar siswa tidak hanya menerima informasi secara mentah, tetapi juga mampu meningkatkan cara berpikir yang objektif dan analitis.
Salah satu bintang film perempuan yang kukagumi dan sangat terkenal pada tahun 70an hingga 80an adalah Lenny Marlina. Banyak film yang dibintangi oleh Lenny Marlina tapi hanya satu yang pernah kutonton: Di Mana Kau Ibu. Film Di Mana Kau Ibu kutonton pada tahun 74 di bioskop Surya Baru di Malang. Sebuah bioskop terbuka tanpa atap yang dikenal dengan sebutan gerimis bubar alias misbar. Harga karcisnya cukup mahal saat itu: Rp 50,- Lima puluh rupiah. Uang saku satu minggu. Saya nonton film ini bukan karena tertarik pada Lenny Marlina yang manis dan berwajah nJawani. Tetapi lebih tertarik pingin nonton Rano Karno yang jadi bintang utama menurut saya.
Saya mulai tertarik dengan bintang film Lenny Marlina, gadis berdarah Sunda pada tahun 77an dari majalah-majalah seperti Vista, Selecta, STOP, dan Aktuil. Dari majalah tersebut bisa diketahui bahwa Lenny Marlina merupakan salah satu bintang film yang jauh dari gosip. Selain itu juga tak pernah banyak tingkah untuk memancing perhatian penggemar. Pada dasawarsa 70-80an banyak bintang film dan penyanyi ternama yang jauh dari kehidupan sensasional. Inilah yang membuat para penggemarnya, di antaranya saya, begitu senang pada Lenny Marlina.
Memang ada satu dua bintang film dan penyanyi yang gaya hidupnya sering membuat berita sensasional. Barangkali terpengaruh bintang film barat. Misalnya Elizabeth Taylor atau Marlyn Monroe. Lenny Marlina kini telah memasuki usia senja. Namun demikian raut wajahnya masih menunjukkan kesegarannya. Tatapan matanya masih seperti perempuan sederhana yang jauh dari kehidupan dunia bintang film yang mencari ketenaran. Seperti Venus yang bersinar terang di kegelapan tengah malam hingga dini hari. Itulah Lenny Marlina.
THE DAY OF THE JACKAL adalah serial film dari inggris yang diproduksi oleh Carnival Film yang dibintangi oleh Eddie Redmayne, Lashana Lynch, dan juga Ursula Corbero. Film ini disutradarai oleh Ronnan Bennet dan merupakan adaptasi langsung dari novel karangan Fenderick Forsyth.
The Jackal atau Eddie Redmayne adalah seorang pembunuh bayaran yang ahli dalam mengunakan berbagai senjata laras panjang, ia juga dapat menyusup ke berbagai negara mengunakan identitas dan nama-nama palsu yang dikenal sebagai profesi yang luar biasa dengan bayaran mahal tersebut.
berawal saat berada di kota Munich, jackal berpura-pura menjadi seorang petugas kebersihan di salah satu gedung perusahaan Fest milik anak perdana menteri jerman. Dimana disitu tempat Elias Fest bekerja dan orang inilah yang akan menjadi target.
sebelum masuk jackal sempat dia diberhentikan oleh petugas keamanan di kantor tersebut akan tetapi dia dapat kemudian masuk setelah dapat menirukan suara sebagai ID dari Ralf si petugas kebersihan yang ia tirukan itu.
meski penyamarannya ini akhirnya dipergoki oleh seseorang, jackal langsung menghabisi orang itu bahkan semua orang yang berada diruangan lantai 13 tersebut. Jackal langsung mengejar Elias yang mengejutkannya lewat beberapa kali tembakan pistol hanya saja Elias berhasil kabur dan berlari menuju ke anak tangga darurat.
Akan tetapi Elias anak dari perdana menteri jerman tersebut dibiarkan begitu saja untuk dijadikan Jackal sebagai umpan agar Manfret Fest atau ayah dari Elias itu muncul. Alhasil beberapa waktu kemudian polisi dan para demonstran berkerumun di didepan gedung sebuah rumah sakit.
Jackal yang sudah menyiapkan scenario pembunuhan terhadap Manfret Fest ini, untuk itu sebisa mungkin ia kemudian memasang senapan laras panjangnya sembari menanti kedatangan Manfret. dan dihari berikutnya dia datang bersama dengan assistenya setelah mengetahui bahwa anaknya Elias telah menjadi korban.
Manfret yang sudah tiba dia lalu keluar dari mobil dengan pengawalan yang cukup ketat tatapi sayangnya dia harus terkena tembakan saat Manfret Fest baru saja memasuki rumah sakit hingga ia jatuh terkapar. Jackal lalu melarikan diri dari ruangan tempat ia membidik hebatnya pembunuhan terhadap perdana menteri jerman ini tergolong bersih, sangat begitu rapi dan terakomodir.
Lebih menariknya penembakan tersebut mengunakan senapan aneh yang dapat dilepas atau ditata ulang menjadi sebuah koper agar tidak terdeteksi saat berada di bandara ataupun ditempat umum lain. Jackal pun akhirnya dapat lolos keluar dari jerman dengan pemeriksaan cukup ketat dari pihak kepolisian, hingga dia tiba di Paris beberapa hari kemudian.
Bianca Pullman (Lashana Lynch) adalah seorang perwira intelijen dan merupakan seorang ahli senjata api mencoba menguak fakta terkait penembakan tersebut dengan reka adegan dan olah TKP. Bianca berkerja sama dengan badan Intelijen negara jerman resmi membuka kasus ini keranah publik, akan tetapi masih diusut tuntas oleh badan agensi MI6 yang bermarkas di London.
Segera setelah itu Jackal menjadi buronan dari intelijen MI6. Tetapi faktanya Bianca tidak menyangka jika dari hasil investigasi pembunuhaan Fest ini, berbuntut panjang terlebih jarak penembakan yang begitu jauh membuat rekor baru dan sekaligus membuat mereka heran oleh karena masih mustahil untuk dilakukan oleh seorang penembak jitu.
Ki So Yoo merupakan aktris cilik pemeran Yoo Byeol di Love Scout sebagai anak dari Yoo Eun Ho yang diperankan oleh Lee Jun Hyuk. Aktris cilik kelahiran 2017 ini memiliki projek film terbaru dengan genre thriller misteri yang berjudul ‘Somebody’ (judul korea: Chim-Beom) bersama Kwak Sun Young, Kwon Yuri (Girl’s Generation), dan Lee Seol. Film berdurasi 112 menit ini merupakan film ketiga Ki So Yoo.
Sebelumnya, Ki So Yoo pernah bermain dalam film Kim Ji-young, Born 1982, Honey Sweet, dan projek film terbarunya adalah Somebody. Selain drama Love Scout, Frienly Rivalry merupakan drama terbarunya yang sedang tayang dan Ki So Yoo berperan sebagai Yoo Je Na kecil. Penggemar Drama Korea (drakor) juga pasti mengenalinya dari drama sebelumnya seperti The Atypical Family, See You in My 19th Life, The Good Bad Mother, dan masih banyak lagi.
Film Somebody yang memiliki genre thriller misteri ini menjadikan Ki So Yoo sebagai Kim So Hyun, anak dari Lee Yeong Eun yang diperankan oleh Kwak Sun Young. Sebagai Ibu tunggal, Yeong Eun bekerja menjadi instruktur renang dan membesarkan So Hyun yang memiliki karakter berbeda dengan anak lainnya. So Hyun berperilaku aneh dan Yeong Eun mencoba untuk menghentikan perilaku itu, namun semakin lama kehidupannya menjadi hancur.
20 tahun kemudian, hadirlah Kwon Yuri yang memerankan Kim Min, ia adalah seseorang yang telah kehilangan ingatan masa kecilnya dan bekerja sebagai karyawan di perusahaan pembersihan yang menangani kematian seseorang. Sedangkan Lee Seol yang memerankan Park Hae Young adalah karyawan baru di perusahaan tempat Kim Min bekerja, sifatnya yang ramah dan ceria terkadang membuat orang di sekitarnya tidak nyaman.
Film ini diadaptasi dari Webtoon dengan judul yang sama dan film ini diproduksi oleh Studio Santa Claus Entertainment yang sudah mulai syuting sejak November 2023 hingga Januari 2024. Film ketiga Ki So Yoo ini akan tayang pada 12 Maret mendatang.
Film “Kemah Terlarang” adalah salah satu film Indonesia yang berhasil menyentuh hati penonton dengan cerita yang menarik dan karakter yang kompleks. Film ini menceritakan tentang kehidupan remaja yang penuh dengan konflik dan perubahan.
Salah satu hal yang menarik dari film ini adalah cara menggambarkan kehidupan remaja yang kompleks dan dinamis. Karakter utama, Alfi, adalah seorang remaja yang sedang mengalami masa transisi dari remaja ke dewasa. Ia harus menghadapi berbagai konflik, baik dari dalam maupun dari luar.
Film ini juga menampilkan konflik sosial yang sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari. Konflik sosial dalam film ini tercermin dari perbedaan antara kaya dan miskin, serta perbedaan antara yang berkuasa dan yang tidak berkuasa.
Dalam film ini, kita dapat melihat bahwa remaja adalah fase yang sangat kritikal dalam perkembangan manusia. Remaja harus menghadapi berbagai konflik dan perubahan, baik dari dalam maupun dari luar. Film ini menunjukkan bahwa remaja harus memiliki kemampuan untuk mengatasi konflik dan perubahan tersebut, serta memiliki kemampuan untuk menemukan jati diri dan tujuan hidup.
Dalam kesimpulan, film “Kemah Terlarang” adalah film yang sangat menarik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Film ini menampilkan kehidupan remaja yang kompleks dan dinamis, serta konflik sosial yang sangat relevan. Film ini dapat menjadi inspirasi bagi remaja untuk menghadapi konflik dan perubahan dalam kehidupan mereka.
Diskon dan promo merupakan hal yang sangat disukai oleh masyarakat Indonesia karena bisa berbelanja dengan lebih hemat. Bagi nasabah Bank BCA, ada informasi mengenai promo HUT BCA 67 tiket bioskop.
Bank Centra Asia (BCA) merupakan salah satu bank terbesar yang ada di Indonesia dan tahun ini merayakan hari jadinya yang ke-68. Seperti tahun-tahun sebelumnya, BCA tidak pernah lupa untuk memberikan hadiah spesial kepada nasabah setianya.
Kali ini, dalam rangka merayakan HUT BCA ke-68, bank ternama di Indonesia tersebut menghadirkan banyak promo menarik ketika sedang berbelanja. Termasuk untuk pelanggannya yang ingin menonton bioskop.Dikutip dari laman promo.bca.co.id, berikut ini adalah beberapa daftar promo HUT BCA 67 tiket bioskop yang bisa dinikmati oleh para nasabah.
1. Promo untuk Tiket Deluxe
Bagi nasabah yang ingin membeli tiket kategori deluxe, ada promo pembelian 3 tiket bioskop melalui aplikasi m.tix akan mendapatkan diskon 68 persen dengan potongan maksimal sebesar Rp68.000. Promo ini berlaku untuk pembelian di satu bioskop dan untuk film serta jadwal yang sama. Promo akan berlaku pada tanggal 21-22 Februari 2025 dan setiap hari kuotanya 168 transaksi.
2. Cashback di XXI
Promo kedua adalah cashback yang akan diterima oleh nasabah yang akan nonton di XXI. BCA memberikan promo cashback sebesar Rp16.800 untuk pembelian F&B di XXI Cafe menggunakan QRIS di MyBCA dengan minimum transaksi Rp50.000.Nasabah wajib menginformasikan ke kasir XXI Café untuk menggunakan promo HUT BCA. Promo ini hanya berlaku untuk 2.500 transaksi pertama/hari. Nantinya, cashback akan dikreditkan ke rekening myBCA Nasabah maksimal 14 hari kerja setelah periode program berakhir. Promo berlaku pada tanggal 21-22 Februari 2025.
3. Promo di CGV
Nasabah yang nonton di CGV akan mendapatkan harga spesial untuk pembelian small salty popcorn dengan harga Rp6.800 saja. Promo ini diberikan setiap pembelian 2 tiket nonton. Kuota promo yang tersedia adalah 1.200 transaksi pertama. Promo harga spesial ini hanya berlangsung pada 21-22 Februari 2025.
Pada peringatan 40 tahun gim Nintendo, Mario Bros, dan menjelang perilisan film baru yang dibintangi oleh Chris Pratt, penulis Arwa Haider mengeksplorasi bagaimana karakter pemberani Mario berkembang dari gim klasik hingga menginspirasi Hollywood.
Mengingat kembali ke pertengahan 1980-an, saya sangat bersemangat saat membuka kado ulang tahun kesembilan: yaitu versi Game + Watch genggam dari gim populer Donkey Kong.Saya memainkan gim ini secara obsesif, terpikat oleh tampilan jernih di layar dan ekspresi sederhana dari karakter pahlawannya: sosok monokrom pemberani bernama Mario, yang akan menelusuri lokasi konstruksi demi menyelamatkan seorang putri yang tertawan.Mario memiliki tiga nyawa dalam permainan ini, dan daya tarik yang tampaknya tak terbatas.Selama beberapa dekade, Mario telah muncul di lebih dari 200 gim, diantaranya Mario Bros Nintendo (yang menandai hari jadinya yang ke-40 pada Maret 2023), bersama saudara kandungnya Luigi, dan seri Mario Kart (1992 dan seterusnya).
Petualangannya telah menginspirasi merchandise multi-generasi (mainan, kartu, kimono desainer), serta ekspansi termasuk fitur animasi baru The Super Mario Bros Movie, dan atraksi taman hiburan.Lebih dari karakter video-game lainnya, Mario terus berkembang dari permainan arcade menjadi nama yang dikenal dunia dan ikon budaya pop.Kehadiran Mario yang sekarang masif dan terkenal, berasal dari awal mula yang sederhana.Sebelum debutnya pada tahun 1981 di Donkey Kong, Mario dinamakan Ossan (bahasa Jepang untuk “pria paruh baya”), lalu Mr Video, dan Jumpman dalam masa pengembangan. Karakter itu akhirnya dinamai menurut nama pemilik kantor pusat Nintendo di AS.Penciptanya, Shigeru Miyamoto, mereferensikan pengaruh budaya pop global, membayangkan seorang protagonis yang dapat tampil cemerlang di berbagai gim, seperti Alfred Hitchcock yang muncul di film yang dia sutradarai.
Desain 8-bit asli Mario langsung dapat dikenali: kokoh, cerah, dengan topi dan kumis yang khas; oleh rilis arcade Mario Bros (1983), karakternya diadaptasi, beralih peran dari tukang kayu menjadi tukang ledeng Italia-Amerika (mencerminkan lanskap permainan pipa itu, serta kecintaan Miyamoto pada komik Barat), sementara kontrolnya tetap intuitif.”Menurut saya Mario menjadi begitu populer karena aksi-aksi dalam gim Mario adalah sesuatu yang dapat dikenal oleh orang-orang di mana pun,” kata Miyamoto kepada NPR dalam sebuah wawancara tahun 2015 .”Semua orang takut jatuh dari ketinggian.
Jika ada celah yang harus Anda lewati, semua orang akan mencoba berlari untuk melompati… karena kesederhanaan dari pengalaman ini serta sifat interaktif dalam mengendalikan karakter, dan melihat respons di layar game – itulah yang benar-benar beresonansi dengan orang-orang.
“Mario adalah “orang baik” yang tegas, namun wujudnya sangat menarik.Kualitas transformatifnya (dan ketenaran konsol rumah) menjadi jelas di Super Mario Bros (1985) yang sangat penting, di mana berbagai barang dari dari Kerajaan Jamur dapat meningkatkan ukuran dan kemampuannya.Dalam bukunya The Ultimate History of Video Games Vol 1(2010), Steven L Kent mendeskripsikan Mario sebagai “sosok negarawan tertua di industri gim”, menjelaskan bahwa: “Super Mario Bros [1985] mengeluarkan Mario dari pengaturan layar tunggalnya dan menempatkannya di dunia besar yang hidup… para pemain sekarang mengendalikannya saat dia berlari melalui pedesaan berwarna cerah yang tampaknya tak berujung yang dipenuhi dengan gua, kastil, dan jamur raksasa. Pemandangannya terlalu luas untuk muat di layar.
“Sejak itu, Mario tetap menjadi karakter yang mudah dikenali di setiap sosok inkarnasinya, termasuk tanuki terbang (anjing rakun Jepang, di Super Mario Bros 3, 1988) hingga seekor lebah (di Super Mario Galaxy, 2007) dan seekor kucing (Super Mario 3D World, 2013).Perannya berkisar dari Dr Mario (untuk permainan puzzle 1990) hingga artis/komposer (Mario Paint, 1992) dan atlet (dalam permainan balap, sepak bola, dan tenis, selain seri crossover Nintendo/Sega Mario & Sonic di The Olympic Games). Di Super Mario Odyssey (2017), bahkan topi Mario pun memiliki kehidupannya sendiri. Sementara itu, para pemeran pendukung Mario juga telah berkembang, namun bahkan saat karakter ini tampil di depan permainan mereka sendiri, mereka pada akhirnya dikenal oleh ikatan mereka dengan Mario: sebagai saudara kandung (Luigi); sahabat karib (Princess Peach; Yoshi); atau musuh (Donkey Kong; Bowser; Wario).
Suara-suara dalam gim Mario juga khas dan dikenal. Musik legendaris dan efek gerakan oleh komposer Koji Kondo telah menemani petualangan Mario sejak Super Mario Bros [1985], dan pengisi suara AS Charles Martinet telah mengembangkan slogan kartunnya (“Let’s-a-go!”), tetapi bahkan gim Mario Bros pertama menampilkan motif tajam yang langsung mengingatkan pada karakter tersebut.”Suara ‘koin jatuh’ itu – saya pikir itu hanya dua nada yang sangat tinggi – sangat mudah dikenali dan sederhana,” kata musisi dan pendiri London Video Game Orchestra, Galen Woltkamp-Moon .”Mario selalu terlihat ikonik, bahkan dalam pixel art beresolusi sangat rendah, tapi saya juga ingat bisa menyanyikan soundtrack-nya ketika saya mungkin berusia enam atau tujuh tahun, yang tidak bisa saya lakukan dengan gim lain pada saat itu.Musiknya sangat mudah diakses bagi segala usia; nada berubah setiap bilah, dan itu membuat penonton mudah mengikutinya.”
Di layar lebar
Menerjemahkan karakter videogame kesayangan ke layar film seringkali terbukti berisiko, meskipun jelas ada gelombang adaptasi baru (termasuk film Sonic the Hedgehog).Fitur live-action Super Mario Bros (1993) terbukti tidak berhasil, meskipun ada pemeran berbakat dan FX kelas atas; Bob Hoskins berperan sebagai Mario, kemudian mendeskripsikan film tersebut sebagai “hal terburuk yang pernah saya lakukan” (dalam wawancara tahun 2007 dengan The Guardian).Sebelum dirilis, Film Super Mario Bros yang baru tampaknya telah memicu reaksi keras dari penggemar terhadap suara Chris Pratt yang berperan sebagai CGI Mario, meskipun sutradara Aaron Horvarth menegaskan bahwa reaksi itu adalah bagian dari semangat para penggemar. “Saat Anda memainkan gim ini, jika Anda tidak menyerah, Mario akan berhasil,” kata Horvarth kepada Total Film.
“Jadi kami menerjemahkan pengalaman pemain dari gim ke karakteristik yang [film] Mario miliki… [Chris Pratt] sangat pandai memainkan pahlawan kerah biru dengan semangat yang hangat.”Mario telah bertahan di semua jenis platform, penampilan blockbuster yang menginspirasi (sesuai konsep asli Miyamoto, dia adalah karakter yang dapat dimainkan di banyak gim termasuk Super Smash Bros dan Fortnite, dan detail latar belakang di banyak lainnya) hingga meme internet dan seni konseptual.Seniman visual AS Cory Arcangel memodifikasi Super Mario World dalam Super Mario Clouds (2002); pada tahun 2015, seorang seniman yang bekerja dengan nama samaran Samir Al- Mutfi menciptakan permainan platform “Syrian Super Mario” , yang menggambarkan tantangan yang dihadapi para pengungsi yang mencari keselamatan.Semakin banyak fitur Mario dalam koleksi galeri dan institusi besar.Menurut kurator Museum Young V&A di London, Kristian Volsing, Mario memang layak berada di museum.
“Gim video, seperti halnya media lainnya, harus diakui dampak budayanya,” katanya kepada BBC Culture.”Mario telah ada sejak awal revolusi gim video pada 1980-an, dan dia semakin populer saat kita memperingati hari jadinya yang ke-40.””Mario dikenal di seluruh dunia – meskipun dia juga tidak banyak bicara. Dan desain gim yang luar biasa dimaksudkan untuk menjadi pengalaman komunal. Anda juga akan mendapatkan judul seperti Super Mario Maker [permainan dengan alat desain, awalnya dirilis pada 2015]; dikatakan bahwa semua orang yang memainkan game ini sudah tahu cara kerjanya, karena mereka sangat terlibat dengannya.
“Mario menyatukan berbagai generasi untuk bermain. Sekarang, dalam daftar kado ulang tahunnya, anak saya menginginkan juga Super Mario Lego, atau Game + Watch Super Mario Bros yang diperbarui.Saat balapan satu sama lain di Mario Kart, kita mungkin tidak memilih Mario Klasik (ada begitu banyak pilihan karakter, termasuk Metal Mario dan Baby Mario), tetapi karakter tersebut tetap menjadi kekuatan mendasar:
Rekomendasi Film keren, seru, simple tapi mengoyak hari dan dibeberapa part bikin senyum merekah, bisa banget di temuin di film Serendipity.
Film ini bercerita tentang Jonathan Trager ( John Cusack ) dan Sara thomas ( kate Beckinsale ) yang ngga sengaja ketemu di sebuah toko hadiah yang niatnya beli kado natal buat pasangannya masing – masing.
Di pertemuan tersebut mereka terlibat percakapan kecil buat usaha mertahanin barang tersebut, tapi akhirnya John kasih barang itu ke sara, dan sebagai permohonan terimakasih karena sudah merelakan barang tersebut, sara traktir john ke sebuah cafe yang bernama cafe serendipty.
Pertemuan mereka begitu hangat dan ninggalin kesan bagus, langsung “klik” gitu percakapannya, dan jonathan ngga rela gitu buat akhirin percakapan, sementara sara tuh nganggepnya biasa aja.
Sara bilang sama jonathan “kalo emang nanti ketemu, ya kita bakal ketemu”
Dan akhirnya mereka berpisah, sara naik taksi, si jonathan mau naik kereta bawah tanah. Tapi ternyata si jonathan baru sadar kalo scarf nya ketinggalan di cafe tadi, akhirnya dia balik lagi, pas balik ke meja, ternyata dia nemuin sara, yang juga lagi ngambil barangnya yang ketinggalan, si kaos kaki yang dibeli itu.
jonathan langsung sumringah, sara pun juga. akhirnya mereka mutusin buat jalan – jalan dulu ga sih, mereka pergi ke area ski terbuka, dan ngobrol – ngobrol. setelahnya, ya mereka rencana mau pisah lagi, tapi jonathan kayak ga rela, karena pretemuan ini tuh bagus banget, menggairahkan banget, tertancap di sanubari hahah
lhoo, kurang bukti apalagi nih? semesta udah mempertemukan kita 2 kali nih, apa ini bukan pertanda?? mesti dilanjut ga sih?
akhirnya dikasih lah nomor hp sara, tapi tetiba ada truk sampah, yang menghasilkan angin, dan kertas yang isinya nomor telfon tersebut terbang.. yaahhhhh
Setelah serangkaian film MCU yang semakin kehilangan arah, Captain America: Brave New World hadir dengan ekspektasi tinggi. Sayangnya, alih-alih membawa napas segar, film ini justru terasa seperti produk setengah matang yang gagal memberikan sesuatu yang benar-benar baru.
Dari segi cerita, film ini mencoba menghadirkan konflik politik yang lebih serius, namun eksekusinya justru terasa setengah hati. Alih-alih menggali isu yang relevan, film ini terjebak dalam narasi yang klise dan hambar. Karakter Sam Wilson sebagai Captain America seolah berjalan di tempat tanpa perkembangan berarti.
Marvel terkenal dengan efek visual yang memukau, tetapi di sini, CGI justru menjadi masalah besar. Banyak adegan yang terasa kasar dan kurang halus, terutama dalam momen aksi yang seharusnya menjadi daya tarik utama. Alih-alih menampilkan pertarungan epik, film ini malah menyuguhkan visual yang lebih cocok untuk tayangan Disney+ dibandingkan layar lebar.
Penampilan Anthony Mackie sebagai Captain America sebetulnya cukup solid, tetapi sayangnya ia harus menanggung beban film yang lemah. Harrison Ford sebagai Thaddeus Ross/Red Hulk pun tidak banyak membantu. Karakternya seharusnya menjadi ancaman besar, tetapi justru terasa sekadar tempelan.
Dengan naskah yang lemah, aksi yang membosankan, dan efek visual yang mengecewakan, Captain America: Brave New World gagal menghadirkan sesuatu yang benar-benar baru. Jika kamu masih berharap MCU bisa kembali ke masa kejayaannya, film ini bukan jawabannya. Rating: 4/10.